Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019
Puisi Perjalanan Aku adalah jalan raya Tempat kakimu menuju bahagia Aku adalah warung-warung kopi Tempat kau wujudkan mimpi Aku adalah pantai yang penuh dengan senja Tempat kau menerjemahkan warna Perjalanan adalah hidup Sesuatu yang akan tetap kuhadapi selama dadaku berdegup Hilangkan rasa gugup Pertahankan semangat agar tak redup Janganlah kau menemukan arah jalan dengan mata tertutup Pelan atau laju hanyalah cara untuk menuju Sejatinya, perjalanan bukanlah cepat atau lambat sampai Namun apa yang kau rasakan setelah petualangan usai Balauring, 01 November 2019 Soe Hoe Gie
Puisi perjuangan Kita adalah sepasang sang penakluk mimpi Mengukir tajam dikening menyentuh bara api Perjalanan panjang usai kita lewati Dengan berbagai macam konspirasi mengguliti Rekayasa kehidupan pun sudah kebal akan naluri Sahabat... Saatnya kita berbalik arah Menentukan setapak jalan kemana seharusnya mengarah Ulurkan tanganmu untuk merestui pergolakan sejarah Saatnya perubahan menuntun, dari mata kaki kita melangkah Sahabat.. Ini cerita tentang ambisi Bukan gejolak peristiwa yang membuatmu tersisi Wibawahmu tak seharusnya kau ajak diskusi Karena prinsip logikamu akan hancur dicamar oleh sensasi Lewoleba, 3 November 2019 Soe Hoe Gie
Puisi Demokrasi di ujung jeruji Negeriku indah bertahta aturan Hingga meludah pun banyak pasal yang berhamburan Katanya negeriku menjanjikan nafas kemakmuran Nyatanya hanya berjejer panjang segelintir penganguran Hahahaa...aku ingin seperti joker yang tertawa bersama kejujuran Daripada menangis dengan segenap kebohongan Negeriku sinting Pejabatnya kebanyakan ngelinting Hingga diantara mereka terus saling menggunting Lalu lupa aspirasi rakyat padahal itu sangatlah penting Waikoro, 11 November 2019 Soe Hoe Gie Kalikur WL,Kec. Buyasuri-Lembata
Puisi Aku dan Topengmu Kau datang dengan setumpuk wajah palsu Menyekat drama komedi berubah seketika menjadi rindu Namun gersang menyengat, tubuh terkapar lalu membisu Bahagia hanya nyayian lagu sendu Kapan saja ia akan berlalu Aku terus saja berperang melawan kebodohan Wajah liarmu angkuh, tak satupun menjanjikan kepastian Kau seperti parasit yang melarat dikerumunan dedaunan Mungurai asmara tipu daya muslihat demi sebuah perjuangan Topengmu penuh dengan gambaran penghianatan Berkarat lalu mengkerut menghilang di dasar lautan Enyalah kau dari tepian Pergilah kau bersama keegoisan Makassar, 18 November 2019 Soe Hoe Gie
Puisi Aku pergi Jauh.... Ku langkahkan kaki pergi menjauh Meredam luka membasuh keluh Inginku robek sikap najismu yang angkuh Kau tanggalkan setumpuk beban yang menjadi sebab aku mengeluh Aku pergi.. Pergiku mencari damai Kuresapi petualangan sendiri Agar mengenal arti dari sunyi Karena aku tau... Hadirnya Sebuah kisah Pasti ada kata pisah Apalah daya ku hanyalah ada kata pasrah Makassar, 21 November 2019 Gubahan Soe Hoe Gie
Puisi Aku dan secangkir kopi Kopiku tinggal seteguk rasa Pahitnya sudah melewati banyak masa Kemarin dan hari ini tak ada yang berbeda Dipersimpangan kenangan itu, sudah terlalu banyak menyimpan luka Kau kekasihku, bukan musuhku Kita sudah bersama sedari dulu Ingatlah, saat dimana kita pernah merajut rindu Jarak bukanlah beban untuk kita tak saling temu Bertahanlah agar kita tak keliru Kekasihku... Kuharap janganlah engkau mendesah Walau hatimu kecewa, sesak penuh dengan keluh kesah Peluklah aku jika hatimu resah Buanglah tepian ego hingga tak cemburu berlarut gelisah Kalikur WL, 27 Oktober 2019 Gubahan Soe Hoe Gie
Puisi Rapikan dulu bola matamu Kau dengan segenggam kepalsuan Pandanganmu seolah memperlihatkan arti dari ketidaktahuan Tatapan syahdumu penuh dengan intrik kebohongan Lirihmu memperlihatkan muslihat adalah sebuah kecanduan Apa kabar gerangan bola matamu Merah dimatamu adalah sayatan derita pilu Tak mampu kau tutup walau sering diusil debu Matamu penuh sandiwara bisu Mengingkar rasa yang menyiksa berujung candu rapikan dulu bola matamu Agar rindu tau kemana untuk menuju Kalikur WL, 05 November 2019 Gubahan ; Soe Hoe Gie Kalikur WL, Kec. Buyasuri-Lembata
Puisi Cantik itu luka Wajah itu ditumbuhi senyum merah merona Merekat mahkota indah bersemi pelangi jingga Merampas banyak mata jalang para pujangga Lekuk tubuh indah merasuki pesona lara Kau wanita durjana durga Bukan wanita ahli surga Cantik mu adalah luka Yang kau selipkan didalam sukma bersama duka Seperti itulah lolongan anjing pengembala Menatapmu liar sebagai tumbal pemuas dahaga Mata itu sudah dibutakan oleh cinta Lantarannya, engkau tak terlihat seperti manusia Hanya sebuah jelmaan dewi penggoda Lantas, untuk apa rindu ini tersiksa? Untuk siapa cinta ini mengembara? Kalikur WL, 6 November 2019 Gubahan ; Soe Hoe Gie Kalikur WL, Kec. Buyasuri-Lembata
Puisi Hujan Diawal November Aku kembali bertanya rindu Yang lama terkubur sejak dulu Kau pergi begitu saja berlalu Meninggalkan jejak penghianatan yang kau selip sebagai kenangan masa lalu Gersangnya cahaya kini kembali meredup tertutup awan bisu Semuanya nya berubah menjadi gelap Hanya barisan nyala lilin yang masih tempel di sudut kamar menemaniku hingga lelap Hujan itu mulai terlihat, deras bersama air mata Hingga membuat luka hati tumbuh dengan subur Hampir saja aku mati dan terkubur Hanya karena pelampiasan dendam lama yang belum akur Aku ingin tidur.. Ingin kulupakan mimpi yang belum sempat kurapikan dengan teratur Kau sedang berdendang riang Merayakan dendam kemenangan Isyarat kepuasan dan lambaikan tangan Pertanda perpisahan untuk melupakan setumpuk usang kenangan Kalikur Wl, 09 November 2019 Gubahan: Soe Hoe Gie