Langsung ke konten utama
Puisi

Cantik itu luka

Wajah itu ditumbuhi senyum merah merona
Merekat mahkota indah bersemi pelangi jingga
Merampas banyak mata jalang para pujangga
Lekuk tubuh indah merasuki pesona lara

Kau wanita durjana durga
Bukan wanita ahli surga
Cantik mu adalah luka
Yang kau selipkan didalam sukma bersama duka

Seperti itulah lolongan anjing pengembala
Menatapmu liar sebagai tumbal pemuas dahaga
Mata itu sudah dibutakan oleh cinta
Lantarannya, engkau tak terlihat seperti manusia
Hanya sebuah jelmaan dewi penggoda
Lantas, untuk apa rindu ini tersiksa?
Untuk siapa cinta ini mengembara?

Kalikur WL, 6 November 2019

Gubahan ; Soe Hoe Gie

Kalikur WL, Kec. Buyasuri-Lembata

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Lelah Sikapku mangalah Berujung ragu berhenti melangkah Serpihan kenangan semakin bertingkah Kasih,, lepaskanlah semua gelisah Ini hanya tumpahan luka yang merenggut kisah Aku tau,.. Inginmu adalah menepi Dari sekat ruang yang kau anggap duri Apa itu lelah yang sedang kau nanti? Bukankah perasaan kita pernah sama-sama mati? Janganlah kau berlari Apalagi bersembunyi dibalik semak berduri Kasih,,Sampai jumpa dilain hari Karena semesta akan terus menghampiri Sampai kau tak lagi membelah diri Mungkin, disinilah tempat kita di uji Mungkin... Entahlah... Lembata, 19 Oktober 2019 Gubahan... Soe Hoe Gie
Puisi Perjalanan Aku adalah jalan raya Tempat kakimu menuju bahagia Aku adalah warung-warung kopi Tempat kau wujudkan mimpi Aku adalah pantai yang penuh dengan senja Tempat kau menerjemahkan warna Perjalanan adalah hidup Sesuatu yang akan tetap kuhadapi selama dadaku berdegup Hilangkan rasa gugup Pertahankan semangat agar tak redup Janganlah kau menemukan arah jalan dengan mata tertutup Pelan atau laju hanyalah cara untuk menuju Sejatinya, perjalanan bukanlah cepat atau lambat sampai Namun apa yang kau rasakan setelah petualangan usai Balauring, 01 November 2019 Soe Hoe Gie
Puisi KITA YANG BERUJUNG LUKA Dari setiap helai peristiwa kala itu Yang tersisa hanyalah sebingkai gambaran Kenangan tentang yang lalu bernostalgia disetiap sisi pertemuan Entah apa yang terjadi kemarin Merebak bahkan terus merobek Cinta menghadirkan luka Kemarahan yang tak berujung membaik Gelisah yang berakhir kecewa Lantas, cemburu harus digadaikan dengan perspisahan. Untuk apa semua ini? Untuk apa bertahun mengekang Pada akhirnya masing-masing mecari jalan untuk pulang Tak perlu salahkan takdir Hanya saja kita yang masih amatir Angkuhnya perbedaan tak membuat kita jernih berfikir Memandang rindu hanyalah sebagai jalan untuk menemui akhir. Kalikur WL, 16 Maret 2020 Soe Hoe Gie