Langsung ke konten utama
Puisi



Tak seikhlas sandiwara

Gelitik jemari berbisik dengan sang waktu
Sepertinya lambaian tangan seakan ada pilu
Aku selayak ada hanya meminjam sebuah rindu
Bibirku termangu
Tak sepatah katapun berlalu

Diamku adalah penawar
Menghangatkan teriakku agar tak mengelegar
Semangatku hampir pudar
Dinginnya rasa membuatku gemetar

Gelisahku menjelang
Piluku menantang
Duniaku perlahan menghilang

Lembata, 14 Oktober 2019

Gubahan

Soe Hoe Gie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Perjalanan Aku adalah jalan raya Tempat kakimu menuju bahagia Aku adalah warung-warung kopi Tempat kau wujudkan mimpi Aku adalah pantai yang penuh dengan senja Tempat kau menerjemahkan warna Perjalanan adalah hidup Sesuatu yang akan tetap kuhadapi selama dadaku berdegup Hilangkan rasa gugup Pertahankan semangat agar tak redup Janganlah kau menemukan arah jalan dengan mata tertutup Pelan atau laju hanyalah cara untuk menuju Sejatinya, perjalanan bukanlah cepat atau lambat sampai Namun apa yang kau rasakan setelah petualangan usai Balauring, 01 November 2019 Soe Hoe Gie
Puisi Lelah Sikapku mangalah Berujung ragu berhenti melangkah Serpihan kenangan semakin bertingkah Kasih,, lepaskanlah semua gelisah Ini hanya tumpahan luka yang merenggut kisah Aku tau,.. Inginmu adalah menepi Dari sekat ruang yang kau anggap duri Apa itu lelah yang sedang kau nanti? Bukankah perasaan kita pernah sama-sama mati? Janganlah kau berlari Apalagi bersembunyi dibalik semak berduri Kasih,,Sampai jumpa dilain hari Karena semesta akan terus menghampiri Sampai kau tak lagi membelah diri Mungkin, disinilah tempat kita di uji Mungkin... Entahlah... Lembata, 19 Oktober 2019 Gubahan... Soe Hoe Gie
Puisi KITA YANG BERUJUNG LUKA Dari setiap helai peristiwa kala itu Yang tersisa hanyalah sebingkai gambaran Kenangan tentang yang lalu bernostalgia disetiap sisi pertemuan Entah apa yang terjadi kemarin Merebak bahkan terus merobek Cinta menghadirkan luka Kemarahan yang tak berujung membaik Gelisah yang berakhir kecewa Lantas, cemburu harus digadaikan dengan perspisahan. Untuk apa semua ini? Untuk apa bertahun mengekang Pada akhirnya masing-masing mecari jalan untuk pulang Tak perlu salahkan takdir Hanya saja kita yang masih amatir Angkuhnya perbedaan tak membuat kita jernih berfikir Memandang rindu hanyalah sebagai jalan untuk menemui akhir. Kalikur WL, 16 Maret 2020 Soe Hoe Gie